Damkarnews.com, BANJAR,– Suasana duka menyelimuti kompleks Majelis Taklim Darussyakin, Desa Antasan Senor, Kecamatan Martapura Timur, Senin (8/12/2025) sore. Ribuan pelayat berdesakan, menundukkan kepala, dan memanjatkan doa saat jenazah ulama kharismatik Abuya Tuan Guru KH M Sukri bin Unus dimakamkan untuk terakhir kalinya.
Sejak pagi hari, warga dari berbagai penjuru Kabupaten Banjar hingga luar daerah telah memadati kawasan majelis. Langit seolah ikut berduka, sementara isak tangis pelan terdengar di antara lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang mengalun dari rumah duka tak jauh dari lokasi pemakaman.
Sosok Abuya KH M Sukri bin Unus dikenal sebagai ulama yang lembut tutur katanya, teduh akhlaknya, dan tak pernah lelah mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada umat. Kepergiannya meninggalkan kehampaan mendalam bagi masyarakat yang selama ini menjadikannya tempat bertanya dan bersandar.
Di tengah lautan pelayat terlihat kehadiran Habib Zakie asal Solo, Jawa Tengah, serta Wakil Bupati Banjar, Habib Idrus Al Habsyi. Dengan suara bergetar, Habib Idrus menyampaikan belasungkawa.
“Atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Banjar, saya mengucapkan duka cita sedalam-dalamnya dan mendoakan semoga almarhum husnul khatimah,” ucapnya lirih.
Ia mengenang almarhum sebagai ulama yang sangat dihormati dan memiliki kedekatan dengan para kiai dan habaib, serta berperan besar dalam membina umat melalui majelis ilmu. Habib Idrus juga mengaku kerap menghadiri pengajian rutin yang diasuh Abuya setiap Selasa malam.
Prosesi pemakaman berlangsung khidmat. Banyak pelayat tak mampu membendung air mata saat jenazah diturunkan ke liang lahad. Talqin dibacakan oleh Tuan Guru Muaz Hamid bersama Guru Hasanuddin, sementara tahlil dan doa dipimpin Guru Nouval dan Tuan Guru Muaz Hamid.
Usai doa penutup, sebagian pelayat masih bertahan di sisi makam. Dalam diam, mereka menengadahkan tangan, mengirim doa untuk seorang guru yang telah menjadi cahaya bagi kehidupan banyak orang.
Kepergian Abuya KH M Sukri bin Unus bukan sekadar kehilangan seorang ulama, tetapi kehilangan sosok ayah, teladan, dan penuntun umat. Meski raganya telah tiada, warisan akhlak dan ilmunya diyakini akan tetap hidup di hati para murid dan jemaahnya.






