Damkarnews.com, BANJAR,- Rapat Dengar Pendapat (RDP) gabungan Komisi III dan Komisi IV DPRD Kabupaten Banjar dengan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang sedianya digelar pada Sabtu (11/10/2025) pukul 15.00 Wita, mendadak batal terlaksana.
Pembatalan ini terjadi padahal agenda RDP sangat krusial, yakni membahas lebih detail upaya penanggulangan pasca ratusan pelajar di delapan satuan pendidikan mengalami keracunan massal.
Para pelajar tersebut jatuh sakit setelah menyantap MBG dan harus dilarikan ke RSUD Ratu Zalecha Martapura, RS swasta, serta Puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis.
Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Banjar, H Abdul Razak, membenarkan pembatalan tersebut. Menurutnya, RDP gabungan tidak dapat digelar karena unsur pimpinan dewan, yang bertindak sebagai koordinator Komisi III dan IV, mendadak berhalangan hadir.
“Kita bisa memahami terkait penundaan rapat gabungan ini, karena unsur pimpinan yang seyogya memimpin rapat mendadak berhalangan hadir. Agenda selanjutnya kita tunggu arahan pimpinan,” jelas Razak.
Politisi Golkar yang memiliki latar belakang birokrat ini juga menyampaikan apresiasi terhadap langkah-langkah yang telah diambil Satgas Percepatan Pelaksanaan Program MBG yang dibentuk Bupati Kabupaten Banjar, H Saidi Mansyur.
“Anak-anak atau pelajar yang menjadi korban keracunan makanan juga sudah tertangani dengan baik,” ucapnya.
Menurut Razak, Satgas telah mengambil keputusan tepat dengan menghentikan sementara aktivitas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Tungkaran. Selain itu, Satgas juga sudah melakukan pemeriksaan ke beberapa SPPG atau Dapur MBG untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang.
Meski demikian, Razak berharap upaya Satgas tidak berhenti di situ. Pihaknya mengharapkan Satgas memiliki langkah konkret untuk mengembalikan kepercayaan publik agar program MBG dapat berjalan maksimal.
Secara khusus, Razak menyoroti perlunya upaya untuk menanggulangi trauma yang dialami oleh penerima manfaat program MBG akibat keracunan makanan.
“Harus ada langkah-langkah untuk menghilangkan trauma anak-anak atau pelajar serta guru yang menjadi korban keracunan, tak terkecuali orang tua siswa, serta satuan pendidikan yang bakal menerima program MBG. Kejadian ini tentunya meninggalkan trauma dan berdampak luas,” tegasnya.
Dengan upaya pemulihan ini, Razak berharap tidak ada lagi rasa was-was atau keraguan dari pelajar, guru, dan orang tua siswa terhadap program MBG ke depannya.